Senin, 26 Mei 2014

Tentang perizinan

Ditemani brownis kukus dan irama hujan saya merenung. Sebenarnya suasana hati saya saat ini sedang tidak baik. Hari ini saya berencana ke rumah teman saya di Alahan Panjang, Solok, dan rencana tersebut terpaksa dibatalkan. Terakhir kali saya kesana sekitar 3,5 tahun yang lalu.Pertama kali saya berkunjung saya sudah merasakan nyaman dan perasaan seperti di rumah. Seperti petatah minang: Jauah cinto mancinto, dakek jalang manjalang (Rasa kekeluargaan yang tak kuinjung habis, walau jauh dimata tapi dekat di hati).

Saat itu, saya berjanji bahwa suatu saat saya harus ke sana kembali. Hari ini saya memutuskan untuk kesana kembali untuk bersilaturahim sekaligus menikmati udara yang sudah saya rindukan.  Namun apalah daya, izin dari ibunda tercinta tidak didapatkan.Terpaksa saya urungkan misi saya dan berdoa agar suatu saat saya bisa diberi kesempatan kesana kembali.

Saya merenung betapa berbedanya cara berfikir saya dari waktu ke waktu. Fikiran saya menyelam ke beberapa tahun yang lalu. Dulu saya tidak terlalu mementingkan 'izin' sebelum berpergian kemana pun karena status saya sebagai anak perantauan. Orang-tua saya memberikan kami kebebasan sejak awal kuliah dan kepercayaan itu saya jaga baik-baik sebagai tanggung-jawab seorang anak.Karenanya,tidak semua perjalanan ke luar Padang saya laporkan. Namun, satu pesan abak yang saya pegang, "Jangan berenang di sungai , pantai atau laut", pesan itu saya jalankan dengan baik, karena saya memang tidak bisa berenang, hehehe.

Pernah saya berkunjung ke Pulau Pagang, sesampainya di pulau baru saya telfon abak untuk mengabarkan. Untung saja di sana ada sinyal. Kalau saya bilang sebelum berangkat pasti abak keberatan. Itu salah satu taktik saya agar bisa berpergian tanpa membuat orang-tua khawatir. Dan hampir kebanyakan perjalanan, setelah sampai di tempat baru saya kabarkan keduanya.

Jangan tiru saya.

Tahun lalu, saya berkunjung ke Padang Panjang, silaturahim sekaligus refreshing ceritanya. Daerahnya sangat cantik, sejuk dan hijau, khas daerah ketinggian. Pagi itu, kami memutuskan untuk berkeliling dengan sepeda. Malang tak dapat diraih untung tak dapat ditolak, saya menabrak tiang rambu-rambu jalan dan mengalami patah tulang sehingga harus dioperasi. Kabar sampai di Depok dan membuat orang-tua kaget dan khawatir lantaran saya harus operasi sore itu juga. Bersyukur, keluarga teman saya sangat baik dan amat membantu saya. Jadilah keesokan harinya, terjadi adegan film india sesampai mama di RS Padang Panjang. Mama nangis liat keadaan saya. Kejadian itu, terpatri dalam benak saya. Saya membuat mama menangis karena kecerobohan saya dan paling tidak menyenangkannya bahkan mama tidak tau kalau saya ke Padang Panjang karena saya memang tidak mengabarkan beliau sebelumnya.

Kaluah kasah papek nan ampek, sarato anggota katujuahnyo, panca indra mananggu-angkan, batang tubuah marasokan