Senin, 09 Juni 2014

My Little Brother


Khaibar Hidayatullah

Seseorang yang hadir di dunia ini selama 3 hari. Pikiran saya melintas menuju 17 tahun yang lalu. Kehadirannya teramat dinantikan dalam keluarga kami.Namun ALLAH lebih menyayanginya dan memanggilnya kembali.

Melihat adik sepupu saya membuat memory itu tiba-tiba kembali. Saya pernah mempunyai adik laki-laki tapi tidak pernah menyentuhnya. Sejak lahir dia sudah sangat menderita sehingga perlu perawatan khusus di rumah sakit dan akhirnya dia pergi meninggalkan kami. Yang teringat dalam memory ini saat berita kelahirannya, saya keliling kompleks dan mempublikasikannya kesetiap orang yang saya temui. Di keluarga kami, tidak ada anak laki-laki. Tentu saja kehadirannya membawa warna tersendiri. Tidak ada kenangan bersamanya. Tapi saya amat merindukannya.

Memory lain yang saya ingat adalah tangisan mama saat itu. Wanita yang paling saya cintai. Tapi, ALLAH memberi skenario lain, mama diberikan amanah untuk membina panti asuhan dan mulai tahun lalu bahkan tinggal di panti asuhan anak laki-laki. Dan sekarang anak laki-laki mama banyak. Dan saya pun, sudah tidak terasa sudah 8 tahun di Padang, dan selama 8 tahun saya menyaksikan pertumbuhan adil, adik sepupu saya, dari seragam merah-putih hingga sekarang sebagai calon mahasiswa. Walaupun saya tidak tinggal di tempat uniang, adek mama, tapi at least 2 minggu sekali pasti menginap di sana. Itu suatu keharusan kalau tidak mau disebut menghilang dari peredaran, hahaha.

Melihat adik sepupu saya membuat saya mengingat seorang Khaibar Hidayatullah, saya tidak akan pernah melupakan nama itu. Adik bungsu kami. Pertanyaan adil, adik sepupu saya, di suatu sore menyentakkan lamunan saya.
"Baa bantuak adiak kakak yo kok iduik?" (Bagaimana rupa wajah adik kakak bila dia masih hidup?)
Saya ga pernah membayangkannya, tapi saya yakin pasti ganteng, lebih ganteng daripada adil, hahaha. Karena dia adalah bidadara (bidadari untuk cewek kan..) surga, tabungan untuk mama dan abak.

Khaibar Hidayatullah, seseorang yang secara tidak langsung membuat saya bercita-cita sebagai apoteker. Karena saat kehamilan khaibar, mama pernah dirawat di Rumah Sakit dan diberikan obat yang tidak boleh untuk ibu hamil. Saya tidak mau kisahnya terulang pada bayi-bayi yang lain.

Tanpa saya sadari, kehadirannya yang hanya sebentar membuat saya seperti sekarang. Sebagai apoteker dan terus belajar di bidang klinis.


Padang, 10 Juni 2014, 17 tahun kurang sehari dari tanggal kelahiran Khaibar Hidayatullah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar