Suatu siang gw berbincang ringan dengan teman gw mengenai jilbab. Sebenarnya bukan di ‘jilbab’ nya sebagai inti pembicaraan kami, akan tetapi gw mengambil intisari tentang bagaimana dakwah fardiyah. Saat itu, forum terdiri dari 3 orang. Salah seorang dari kami memang belum mengenakan kain yang menutup aurat ini. Teman gw ini menceritakan bagaimana perlakuan yang kurang menyenangkan yang dialaminya dari uda senior kami di tahun pertama kami kuliah.
Fakultas tempat gw kuliah masih kental suasana pembinaannya, walaupun yang gw rasakan akhir-akhir ini mulai mengalami kemunduran. Ada sisi baiknya, tapi ada juga sisi buruknya. Pada masa pembinaan itu, kami diwajibkan menggunakan jilbab selama di kampus. Walaupun sebenarnya itu memang kewajiban yang diperintahkan ALLAH kepada kaum hawa untuk mengenakannya.
Pada suatu ketika, teman gw yang tidak mengenakan jilbab ini dipanggil oleh salah satu senior dan ditanyakan alasan dia tidak menggunakan pakaian mulia ini dalam kehidupan sehari-hari. Kenapa hanya pada saat pembinaan saja dia menggunakan jilbab. Akan tetapi, cara yang ditunjukkan oleh senior itu kurang baik dan seakan menggurui dan menjustifikasi, bukan layaknya kakak membimbing adik. Begitu kesan yang didapatkan teman gw ini.
Mendengar pengalamannya, gw menyayangkan hal ini terjadi. Karena, teman gw ini sebenarnya sudah paham dan mengerti akan kewajiban mengenakan jilbab tetapi dia merasa belum pantas.Ok, alasan yang sebenarnya tidak bisa gw terima karena menurut gw jilbab itu bagian dari proses. Apabila seseorang memutuskan mengenakannya setelah amalannya sempurna, Bagaimana dengan maut? Bagaimana apabila dia telah dipanggil tetapi belum memenuhi kewajiban itu?
Hai nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, “ Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Ahzab : 59)
Kembali ke sikap senior gw tadi, gw juga menyayangkannya. Hal ini bisa menyebabkan seseorang menjadi antipati. Seperti yang dialami teman gw tadi.
Gw menjadi teringat cerita teman KKN gw.. Pada suatu ketika, teman KKN gw ini makan di Café Kimia. Sebenarnya, dia mahasiswi Fakultas Ekonomi, dan letak Fakultasnya lumayan jauh. Dia berkata sengaja makan di Café kimia untuk mencoba makan di tempat yang berbeda.
Boleh dibilang penampilan mahasiswi Ekonomi dengan mahasiswi MIPA di kampus gw sangat berbeda. Kebanyakan dari mahasiswi MIPA telah menggunakan jilbab. Berkebalikan dari anak Ekonomi. Dan teman KKN gw ini memang belum memenuhi kewajiban untuk mengenakan jilbab. Pada saat makan, dia dan teman-temannya tiba-tiba didatangi oleh seorang uni yang menggunakan jilbab dalam. Begitu pandangan teman gw. Dan selanjutnya mereka diceramahin oleh uni itu. Gw kurang pandai membahasakannya kembali bagaimana kata-katanya tapi akhirnya teman gw ini merasakan kurang nyaman dan meninggalkan café itu. Sejak kejadian itu, dia tidak pernah mau lagi makan di café kimia (kasihan uncu T_T ).
Mendengar cerita teman gw, gw kembali menyayangkannya. Bukan seperti Dakwah Fardiyah. Kalo gw berada di posisi mereka, bisa jadi gw juga akan bersikap antipati. Misalnya, bila pada suatu saat, di tengah jalan, gw ketemu orang dan tiba-tiba saja orang itu kurang suka dengan jilbab yang gw pake, dibilang kunolah or apalah.. Pandangan gw tentang orang itu bisa jadi seperti ini :
“ Mangnya lo siapa? Gak kenal sudah ngatur-ngatur..”
“Apa urusan lo sama gw sampai peduli dengan penampilan gw?”
Kurang lebih itu juga dirasakan oleh teman2 gw tadi. Seseorang yang tidak kenal tiba-tiba muncul dengan cara yang kurang baik. Padahal gw yakin sebenarnya senior dan uni tadi bermaksud baik. Sangat baik malah. Tapi sayangnya, caranya kurang tepat, pada waktu yang tidak tepat dan dalam keadaan tidak tepat..Walupun begitu, gw bersyukur mereka masih mau mengingatkan teman2 gw tadi, he45..
Mudah-mudahan kejadian ini bisa dijadikan pelajaran. Wallahualam..
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran, dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran (QS. Al-‘Asr: 3)
hmm.. iya kak, zaman sekarang sh ada yg menyampaikn sperti itu.. niat yg sangat baik, namun aplikasi yg buruk.. Semoga cerita ka2k jd pengingat ya .. n_n
BalasHapus.marina